KMK PEDIA
    Rabu abu 




Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki masa pra-paskah, dimana pada masa ini menjadi kesempatan bagi kita untuk mengakui semua dosa perbuatan kita serta merefleksikan sengsara kristus yang mati dikayu salib karena luka dan dosa yang kita letakkan pada salib keselamatannya. Sesuai dengan tradisi gereja katholik masa pra-paskah dimulai dengan Rabu Abu, maka kali ini kita akan membahas tentang mengawali masa pra-paskah dengan rabu abu.
Asal Usul Hari Rabu Abu
Penggunaan abu dalam liturgi Rabu Abu ini berasal dari Perjanjian Lama, dimana abu menjadi lambang perkabungan, rasa sesal, berkabung dan juga pertobatan umat. Pada abad ke-5 SM setelah Yunus berseru supaya orang kembali pada Tuhan dan melakukan pertobatan, Kota Niniwe kemudian memaklumkan puasa serta mengenakan kain kabung dan taja menyelubungi dirinya dengan kain kabung sembari duduk  di atas abu. Yesus juga sudah menyinggung tentang pemakaian abu yang ditujukan untuk kota yang menolak melakukan pertobatan dari dosa walau sudah melihat sendiri mujizat secara nyata dan mendengarkan kabar gembira.
MENGAPA RABU “ABU”?
Abu adalah tanda pertobatan. Kitab Suci mengisahkan abu sebagai tanda pertobatan, misalnya pada pertobatan Niniwe (lih. Yun 3:6). Di atas semua itu, kita diingatkan bahwa kita ini diciptakan dari debu tanah (Lih. Kej 2:7), dan suatu saat nanti kita akan mati dan kembali menjadi debu. Olah karena itu, pada saat menerima abu di gereja, kita mendengar ucapan dari Romo, “Bertobatlah, dan percayalah kepada Injil” atau, “Kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (you are dust, and to dust you shall return).”
Perayaan Dalam Hari Rabu Abu
Dalam gereja Katolik, Rabu Abu menjadi hari pertama dari dimulainya masa Pra Paskah yang jika dalam bahasa Inggris disebut denga Lent yakni masa persiapan untuk menyambut hari raya Paskah yakni hari kebangkitan Yesus kristus pada hari Minggu Paskah. Tepatnya, Rabu Abu akan diperingati setiap hari ke-46 sebelum Paskah, sebab Paskah sendiri akan jatuh pada tanggal berbeda di setiap tahunnya begitu juga dengan Rabu Abu. Inilah beberapa perayaan yang sering dilakukan dalam hari raya abu sebagai berikut:
·       Dalam misa Rabu Abu ini, maka abu akan diberikan pada umat dari hasil pembakaran daun palma yang sudah diberkati dan diberikan pada minggu Palma setahun sebelumnya. Gereja Katolik di seluruh dunia juga meminta umat untuk mengembalikan daun palma yang sudah dibawa pulang dan sudah mengering dari perayaan Paskah tahun lalu untuk dibawa kembali ke gereja yang nantinya akan dibakar sampai menjadi abu.
·       Abu ini akan diberkati oleh Pastur dan diperciki dengan air suci dan umat akan maju secara berbaris untuk menerima tanda salib dari abu di bagian dahi. Pastur akan memberikan tanda salib di dahi tersebut sambil berkata “Ingatlah, manusia dari abu kembali menjadi abu, dari debu kembali menjadi debu”.
·       Rabu Abu menjadi hari yang secara khusus diperuntukan bagi kita para pendosa yang ingin kembali ke dalam Gereja dan menyesali atas semua dosa dalam wujud pertobatan. Abu ini akan menjadi pengingat atas semua dosa yang sudah kita perbuat dan umat Katolik sendiri umumnya akan membiarkan abu tersebut tetap berada di dahi sebagai wujud kerendahan hati.
Pusat dari ibadah Rabu Abu sendiri adalah Kristus yakni dengan simbol abu, maka kita kembali diingatkan dan disadarkan kembali jika kita sebagai umat sangat membutuhkan penebusan Kristus sebab kita tidak akan bisa menyelamatkan diri kita sendiri karena kefanaan serta dosa-dosa kita. Setiap umat sangat memerlukan belas kasih dan kerahiman dari Allah sebab kita hanyalah debu dan akan kembali menjadi debu.
Source : tuhanyesus.org











Komentar

Postingan populer dari blog ini

TATA PERAYAAN EKARISTI (RITUS NOVUS ORDO)

Logo/Lambang Organisasi KMK St. Tarsisius Unmul

Hari Ayah Nasional 12 November 2019