KMK PEDIA
          TEMA :ORANG KATHOLIK TIDAK MENYEMBAH PATUNG 




Sebagai orang muda katholik yang hidup dalam begitu banyak pergumulan mulai dari permasalahan duniawi hingga bahkan kehidupan rohani kita kerap keli “terusik” oleh orang-orang yang bertanya dengan tradisi keimanan gereja katholik. Pada dasarnya hal itu baik karena sebagai bukti bahwa tradisi gereja katholik dapat menarik perhatian orang-orang luar (non-katholik) hingga muncullah pertanyaan yang terlontar dari mereka, contoh kecil dan sering kali kita dapati yaitu penggunaan tanda salib,bunda maria,dan lain sebagainya. Namun terlepas dari semua itu ada satu pertanyaan yang mungkin jarang didapati oleh kita namun memiliki makna dan refleksi yang sangat dalam bagi iman kristiani kita. Yakni “kenapa umat katholik berdoa didepan patung (Yesus&Bunda Maria)?” 
Maka hal yang perlu digaris bawahi atas peristiwa atau pertanyaan diatas adalah  Bagaimana umat Katolik menggunakan image/gambaran/patung:
1. Sebagai salah satu alat bantu umat untuk lebih menghayati kedekatannya dengan Yesus Kristus.
Penggunaan patung, lukisan, elemen artistik lainnya bagi umat Katolik adalah untuk membantu mengingat seseorang atau sesuatu yang digambarkannya. Sama seperti seseorang mengingat ibunya dengan melihat fotonya, demikian juga umat Katolik mengingat Yesus, Maria dan orang kudus lainnya dengan melihat patung/ gambar mereka. (Lagipula, Yesus sendiri sebagai Sang Putera Allah telah menjadi manusia, sehingga Yesus sendiri telah menjadi ‘gambaran Allah yang nyata.’ (lihat Kol 1:15) Karena itu, dengan kedatangan Yesus ke dunia, Allah yang tak kelihatan menjadi kelihatan, Allah yang dalam Perjanjian Lama dilarang untuk digambarkan, maka di Perjanjian Baru malah dinyatakan sebagai ‘gambar hidup’ di dalam diri Yesus. Jadi Yesus memperbaharui ‘tata gambar’ tentang Allah, sebab Ia adalah gambaran Allah sendiri.[4]) Renungkanlah ini: Jika di rumah kita memasang gambar/ foto keluarga kita, mengapakah kita tidak boleh memasang gambar/foto Tuhan yang kita sayangi? Gambar/ patung Tuhan Yesus dipasang tidang untuk disembah, tetapi hanya untuk mengingatkan kita tentang betapa istimewanya Ia di dalam hidup kita.
2. Sebagai sarana pengajaran
Umat Katolik juga menggunakan image/gambar/patung sebagai sarana pengajaran, seperti yang diterapkan juga oleh umat Kristen lain terutama dalam mengajar anak-anak di sekolah minggu, seperti: menerangkan siapa Tuhan Yesus, mukjijat yang dibuatNya, dll dengan gambar-gambar. (Kita mengetahui bahwa masalah ‘buta huruf’ baru dapat dikurangi secara signifikan di Eropa pada abad ke-12; bahkan untuk negara-negara Asia dan Afrika baru pada abad 19/20. Jadi tentu selama 12 abad, bahkan lebih, secara khusus, gambar-gambar dan patung mengambil peran untuk pengajaran iman, karena praktis, mayoritas orang pada saat itu tidak dapat membaca! Penggunaan gambar/ patung untuk maksud pengajaran ini tentu bukan berhala, karena mereka akhirnya malah menuntun orang beriman kepada Tuhan. Hal serupa terjadi waktu kita pertama kali mengajar anak-anak kecil mengenali benda-benda tertentu. Kita membuat/ menunjukkan pada mereka gambar-gambar sederhana, seperti apel, ikan, rumah, dst. Tentu saja hal ini tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Jadi membuat gambar yang menyerupai sesuatu di sekitar kita bukan merupakan dosa asal kita tidak menyembah gambar- gambar itu).
3. Digunakan untuk peristiwa-peristiwa tertentu
Umat Katolik juga menggunakan hal tersebut dalam kesempatan tertentu, sama seperti umat Kristen pada umumnya mempunyai patung-patung kandang natal, gambar peristiwa natal, atau mengirim kartu natal bergambar pada hari natal. (Jika membuat segala gambar/ patung yang menyerupai segala sesuatu dianggap dosa, apakah berarti kebiasaan mengirimkan kartu Natal dan menghias pohon Natal dengan kandang Natal, adalah dosa? Jika ya berarti bahkan menonton TV pun adalah dosa, melihat segala buku bergambar adalah dosa, menggambar/ melukis adalah dosa, karena semua objeknya adalah segala sesuatu yang ‘menyerupai apapun yang di langit dan di bumi’). Atau kita juga merefleksikan ini saat peristiwa mencium kaki Yesus yang disalibkan saat Ibadah Jumat Agung dimana melalui penciuman kaki Yesus sebagai bukti bahwa Pengorbanannya sungguh besar bahkan melebihi segala penyembahan kita selama ini dimuka bumi, dengan merendahkan diri didepan salibnya, mencium kaki yang tergantung dikayu salib sebagai ungkapan cinta kita yang dengan sungguh-sunggu melalui devosi penciuman kaki Yesus dipatung salibNya.
         Maka dapat dikatakan bahwa umat katholik dapay membedakan bawasannya  patung hanya sarana dan bukan obyek penyembahan. Jadi, bagi orang yang tidak mau mencium patung sebagai tanda hormat tidak menjadi masalah. Pada akhirnya, penyembahan tertinggi dalam Gereja Katolik bukanlah berdoa di depan patung, namun dalam Sakramen Ekaristi. Sebaliknya, kita juga jangan mempermasalahkan seseorang yang ingin mencium patung, sebagai ungkapan hormatnya (bukan menyembah) atau kasihnya kepada orang-orang yang digambarkan dalam patung tersebut – baik santa-santo, Bunda Maria, Kristus maupun salib Kristus. 
         Sama hal-nya dengan alkitab yang perlu kita Imani sehingga alkitab menjadi hidup dan bukan hanya sekedar sebuah buku (benda mati). Karena alkitab dapat tumbuh berkembang sesuai dgn perkembangan iman dari orang yg membacanya dgn bantuan bimbingan roh kudus) Dengan demikian alkitab bukan sekedar buku tetapi buku iman yg hidup & memberi hidup jiwa rohani kita. 
         Darisini kita belajar bahwa patung hanyalah sarana dan refleksi penghormatan tertinggi bagi pribadi yang digambarkan didalamnya namun tetap devosi tertinggi kita dalam gereja katholik adalah sakramen ekaristi, serta jangan jemu-jemunya untuk berdoa dan melibatkan Tuhan dalam perjalan hidup kita.
Ad Maiorem De Gloriam 
Source : Katolisitas.org

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TATA PERAYAAN EKARISTI (RITUS NOVUS ORDO)

Logo/Lambang Organisasi KMK St. Tarsisius Unmul

Hari Ayah Nasional 12 November 2019