Tradisi Unik Perayaan Natal Berbagai Daerah di Indonesia

 


Natal adalah hari raya umat Kristen yang diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Kata Natal sendiri berasal dari bahasa Portugis yang berarti Kelahiran.  Hari raya Natal merupakan hari yang sangat di nantikan bagi seluruh umat Kristen di dunia, karena melalui perayaan Natal kita dapat berkumpul bersama keluarga dan kerabat untuk bersama – sama bersuka cita merayakan hari kelahiran Juruselamat kita Yesus Kristus.

Hari raya Natal tahun ini berbeda dibanding tahun sebelumnya karena Natal tahun ini dirayakan di tengah Pandemi COVID-19. Pendemi yang belum juga usai, membuat Kementerian Agama menerbitkan Panduan Penyelenggaraan Kegiatan Ibadah dan Perayaan Natal 2020. Namun hal ini tidak menjadi halangan bagi kita umat Kristen untuk tetap merayakan Natal dengan sukacita.

Perayaan Natal sendiri tak hanya identik dengan hal-hal yang berbau keagamaan tetapi juga tradisi yang salah satunya sangat kental dilakukan umat Kristiani di Indonesia yang pada dasarnya mempunyai tradisi dan budaya dari berbagai daerah yang sangat beragam. Berikut perayaan unik Natal dari berbagai daerah di Nusantara :

 

         Wayang Kulit Kristus (Yogyakarta)

 


Wayang adalah kesenian yang begitu mengurat nadi di Jawa, khususnya di Yogyakarta. Wayang menjadi kesenian yang penting, tidak hanya bagi Jawa, tapi juga bagi Indonesia. Itulah kenapa wayang selalu dekat dengan apapun tradisi Jawa menjelang hari besar, termasuk Natal yang akan diperingati tidak lama lagi.

Khusus menjelang natal, bila Anda ingin melihat kisah Yesus Kristus dalam bentuk pewayangan, maka Anda bisa berkunjung ke Yogyakarta. Kisah kelahiran Yesus Kristus diceritakan lewat wayang khas pertunjukan wayang pada umumnya. Pertunjukan tersebut dapat kita lihat di berbagai gereja di Yogyakarta.

         Kunci Taon (Manado)


Umumnya Natal dirayakan mulai tanggal 24 Desember, namun berbeda halnya dengan di Manado. Warga setempat mulai merayakan Natal sejak tanggal 1 Desember. Mereka akan merayakan berbagai acara perayaan pra Natal sejak awal Desember sampai dengan puncaknya di tanggal 25 Desember.

Setalah tanggal 25 Desember, warga setempat akan melakukan kunjungan ke pemakaman keluarga serta menghias area pemakaman dengan bunga segar. Puncak perayaan Natal di Manado biasanya jatuh di minggu pertama bulan Januari. Tradisi yang disebut dengan kunci taon akan menjadi penutup perayaan Natal di Manado. Dalam tradisi ini para warga akan melakukan pawai keliling dengan menggunakan berbagai kostum yang lucu.

HMMMM… bisa kita simpulkan bahwa satu atau dua hari saja tidak cukup bagi umat Kristen di Manado untuk merayakan sukacita natal maka dari itu mereka langsung saja merayakan natal dalam jangka waktu SATU BULAN!! Antusias sekali yaahhh saudara – saudara kita disana.

         Rabo – Rabo (Jakarta)



Di Jakarta ada sebuah daerah yang bernama Kampung Tugu yang terletak pada Sempe Barat, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Kampung Tugu Dikenal sebagai tempat komunitas warga keturunan Portugis bermukim.

Rabo-rabo adalah pesta adat saling mengunjungi rumah warga sambil menyanyikan lagu-lagu natal. Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi seperti halal bihalal ala umat Islam ketika lebaran. Rabo-rabo berasal dari kebiasaan bangsa Portugal. Seperti kita ketahui, warga Kampung Tugu merupakan orang-orang keturunan Portugal. Tak heran jika mereka memegang teguh tradisi yang turun temurun ini. Kata rabo sendiri berasal dari bahasa Portugal berarti ekor. Warga Tugu terbiasa mengulang-ulang kata sehingga kata rabo menjadi rabo-rabo.

Diawali dengan mengunjungi gereja-gereja terdekat di Kampung Tugu. Kemudian mengunjungi satu persatu rumah warga sambil menyanyi dan menari diiringi musik tradisional Keroncong Tugu. Ketika berkunjung ke sebuah rumah mereka akan saling memberi salam dan meminta maaf.

Uniknya, warga yang rumahnya dikunjungi kemudian harus mengekor pada rombongan dan bergabung untuk ikut menari dan mengunjungi rumah berikutnya terus-menerus begitu hingga rumah terakhir. Bayangkan betapa panjangnya rombongan ketika sampai di rumah terakhir. Mereka semua menyanyi dan menari bersama dengan ceria sepanjang perjalanan.

Kebiasaan lain saat melakukan tradisi ini adalah dengan cium pipi kanan dan pipi kiri. Kebiasaan tersebut diadopsi dari kebudayaan Eropa. Terkadang juga ditambah dengan tradisi minum bir.

Tradisi unik ini dilaksanakan setelah warga melakukan ibadah Natal di Gereja dan melakukan ziarah ke makam-makam yang berada di sebelah gereja. Setelah dua kegiatan tersebut diselesaikan barulah mereka melaksanakan Rabo-rabo.

Puncak dari perayaan Natal di Kampung Tugu adalah mandi-mandi. Warga berkumpul dan saling mencoret wajah satu sama lain menggunakan bedak putih. Coretan ini merupakan simbol penebus dosa dan permintaan maaf. Membersihkan kesalahan tahun lalu dan siap menjelang tahun baru.

         Gereja Penjor (Bali)


Jika penjor atau semacam bambu hias selalu mewarnai perayaan hari raya umat Hindu, namun dalam perayaan natal ini, umat Nasrani di Kelurahan Dalung, Badung pun juga melakukan hal serupa. Bagi warga Nasrani di wilayah ini, memasang penjor atau “menjor” merupakan tradisi yang sudah berlangsung turun temurun sejak tahun 1935 silam.

Tidak hanya tradisi penjor, menjelang natal umat nasrani juga memiliki tradisi yang sama dengan umat Hindu sesaat sebelum perayaan Galungan yakni tradisi Ngejot atau membagi-bagi kue atau buah kepada tetangga. “Ini sebagai bentuk toleransi antar umat beragama,” imbuh Parwata.

Nuansa Bali memang terasa cukup kental di wilayah ini, khususnya di Banjar Tuka, yang jumlah umat nasraninya mencapai 800 kepala keluarga (KK). Selain tradisi “Menjor” dan Ngejot, saat Misa Natal mereka datang ke Gereja menggunakan pakaian adat Bali.

 

         Marbinda (Sumatera Utara)

 

Tradisi unik yang dilakukan beberapa komunitas Batak di daerah Sumatera Utara juga menghiasi perayaan spesial  saat Natal tiba. Untuk orang Sumatera Utara mungkin sudah tidak asing lagi denga tradisi Marbinda. Tradisi saat perayaan Natal ini hampir mirip dengan Idul Adha yakni dengan mengurbankan sejumlah hewan kurban.

Hewan yang dijadikan kurban pada tradisi Marbinda ini merupakan hasil patungan selama berbulan-bulan sebelum Natal tiba. Jika jumlah peserta patungan cukup banyak berarti hewan yang disembelih harus besar seperti kerbau atau lembu. Sementara jika jumlah peserta patungan hanya sedikit, tradisi Marbinda masih tetap bisa dilakukan dengan menyembelih babi.

Daging kurban hasil sembelih nanti akan dibagikan secara merata kepada setiap peserta patungan yang sudah berpartisipasi. Tradisi Marbinda dilakukan sebagai cara untuk bersilaturahmi dan menjaga rasa solidaritas. Bila uang patungan saat membeli hewan kurban masih tersisa, uang tersebut akan digunakan untuk keperluan makan bersama.

 

 

 

 Sumber :

 https://www.popmama.com/life/health/fx-dimas-prasetyo/tradisi-perayaan-nata-berbagai-daerah-di-indonesia/7


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TATA PERAYAAN EKARISTI (RITUS NOVUS ORDO)

Logo/Lambang Organisasi KMK St. Tarsisius Unmul

Hari Ayah Nasional 12 November 2019